1. Suksesi
Ekosistem
memiliki mekanismenya sendiri untuk menjaga kestabilan organisme dan lingkungan
yang melingkupinya. Namun, sistem ini juga memiliki keterbatasan, daya dukung
dan daya lenting lingkungan memiliki batas kemampuan. Ketika gangguan yang
masuk ke dalam suatu lingkungan berada di luar ambang batas toleransi maka
keseimbangan lingkungan akan terganggu.
Gangguan
yang masuk ke lingkungan dapat berasal dari alam atau akibat campur tangan
manusia. Gangguan alam yang sangat merusak seperti kebakaran, gampa bumi,
badai, dan letusan gunung berapi dapat menghancurkan komunitas biologis.
Setelah terjadi gangguan alam, lingkungan akan memulihkan dirinya, organisme
yang dapat bertahan hidup melewati bencana akan mengkolonisasi ulang area
bencana. Selama proses pemulihan, struktur komunitas akan mengalami suatu
perubahan yang disebut suksesi.
Suksesi
adalah perubahan komposisi spesies dalam suatu komunitas biologi akibat adanya
gangguan pada komunitas tersebut. Suksesi terjadi sebagai
akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem.
Kecepatan
proses suksesi dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :
1)
Luas
komunitas asal yang rusak karena gangguan.
2)
Jenis
- jenis tumbuhan yang terdapat disekitar komunitas yang terganggu.
3)
Kehadiran
pemancar benih.
4)
Iklim,
terutama arah dan kecepatan angin membantu penyebaran biji, spora, dan benih.
5)
Jenis
substrat baru yang membentuk.
6)
Sifat-sifat
jenis tumbuhan yang ada disekitar tempat terjadinya suksesi.
Suksesi tidak
hanya terjadi didaratan, tetapi terjadi pula di perairan. Danau dan rawa yang
telah tua akan mengalami pendangkalan oleh tanah yang terbawa oleh air. Danau
yang telah tua disebut Eutrofik.
2. Faktor
Penyebab Terjadinya Suksesi
Proses
suksesi sangat terkait dengan faktor lingkungan, adapun faktor penyebab
terjadinya suksesi antara lain sebagai berikut:
1) Iklim
Tumbuhan tidak akan dapat tumbuh
teratur dengan adanya variasi yang lebar dalam waktu yang lama. Fluktuasi
keadaan iklim kadang-kadang membawa akibat rusaknya vegetasi baik sebagian
maupun seluruhnya. Dan akhirnya suatu tempat yang baru (kosong) berkembang
menjadi lebih baik (daya adaptasinya besar) dan mengubah kondisi iklim.
Kekeringan, hujan salju/air dan kilat seringkali membawa keadaan yang tidak menguntungkan
pada vegetasi.
2) Topografi
Suksesi
terjadi karena adanya perubahan kondisi tanah, antara lain:
1. Erosi
Erosi dapat terjadi karena angin,
air dan hujan. Dalam proses erosi, tanah menjadi kosong kemudian terjadi
penyebaran biji oleh angin (migrasi),lalu proses suksesi dimulai.
2. Pengendapan
(denudasi)
Erosi yang melarutkan lapisan tanah,
di suatu tempat tanah diendapkan sehingga menutupi vegetasi yang ada dan
merusakkannya. Kerusakan vegetasi menyebabkan suksesi berulang kembali di
tempat tersebut.
3)
Biotik
Pemakan
tumbuhan seperti serangga yang merupakan pengganggu di lahan pertanian demikian
pula penyakit mengakibatkan kerusakan vegetasi. Di padang penggembalaan, hutan
yang ditebang, panen menyebabkan tumbuhan tumbuh kembali dari awal atau bila
rusak berat berganti vegetasi.
3. Macam-Macam Suksesi
Di alam terdapat dua macam suksesi,
yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder.
a. Suksesi
primer
Suksesi Primer adalah
formasi suatu komunitas baru pada suatu daerah yang diawali oleh suatu daerah
yang kosong atau gundul, terjadi bila komunitas asal terganggu, tahap-tahap
awal suksesi biasanya melibatkan sedikit spesies. Gangguan
ini mengakibatkan hilangnya komunitas asal tersebut secara total sehingga di
tempat komunitas asal terbentuk habitat baru. Gangguan ini dapat terjadi secara
alami, misalnya tanah longsor, letusan gunung berapi, endapan lumpur yang baru
di muara sungai, dan endapan pasir di pantai. Gangguan dapat pula karena
perbuatan manusia misalnya penambangan timah, batubara, dan minyak bumi. Suksesi dapat terulang dalam
beberapa waktu sampai munculnya variasi organisme yang besar.
Contoh pulau vulkanis baru seperti Anak Krakatau, area yang
semula tertutup lapisan es, ketika terumbu karang terdorong keluar dari air
sebagai akibat dari aktivitas gempa bumi di dasar lautan. Partikel tanah dan
biji tumbuhan serta spora terbawa oleh angin dan tertanam dalam karang. Sejalan
dengan waktu terbentuk pulau vulkanik
baru dengan kolam, mata air, bukit pasir dan pulau yang semuanya tampak
terbuka. Gunung Krakatau yang pernah meletus pada tahun 1883.
Di daerah bekas letusan Gunung Krakatau mula-mula muncul pioner berupa lumut
kerak (lichenes) serta tumbuhan lumut yang tahan terhadap penyinaran matahari
dan kekeringan. Tumbuhan perintis itu mulai mengadakan pelapukan pada daerah
permukaan lahan, sehingga terbentuk tanah sederhana. Bila tumbuhan perintis
mati maka akan mengundang datangnya pengurai. Zat yang terbentuk karena
aktivitas penguraian bercampur dengan hasil pelapukan lahan membentuk tanah
yang lebih kompleks susunannya. Dengan adanya tanah ini, biji yang datang dari
luar daerah dapat tumbuh dengan subur. Kemudian rumput yang tahan kekeringan
tumbuh. Bersamaan dengan itu tumbuhan herba pun tumbuh menggantikan tanaman
pioner dengan menaunginya. Kondisi demikian tidak menjadikan pioner subur tapi
sebaliknya.
Sementara itu, rumput dan belukar
dengan akarnya yang kuat terus mengadakan pelapukan lahan. Bagian tumbuhan yang
mati diuraikan oleh jamur sehingga keadaan tanah menjadi lebih tebal. Kemudian
semak tumbuh. Tumbuhan semak menaungi rumput dan belukar maka terjadilah
kompetisi. Lama kelamaan semak menjadi dominan kemudian pohon mendesak tumbuhan
belukar sehingga terbentuklah hutan. Saat itulah ekosistem disebut mencapai
keseimbangan atau dikatakan ekosistem mencapai klimaks, yakni perubahan yang
terjadi sangat kecil sehingga tidak banyak mengubah ekosistem itu.
Longsoran yang terjadi pada gunung
dan meninggalkan tebing besar terkena batu yang sebelumnya telah tertutup salju
dan es. Organisme pertama muncul di bebatuan kemungkinan besar akan ganggang
dan lumut. Organisme ini dikenal untuk mengeluarkan larutan asam yang dapat
menyebabkan retakan kecil di permukaan batu. Ketika air mengalir pada retakan
dan membeku dan mencair, dengan bantuan cuaca, batu akan pecah menjadi potongan
yang lebih kecil di permukaan. Ini akan menjadi dasar untuk lapisan baru tanah. Retakan di bebatuan lebih besar akan
lebih banyak tanah terbentuk melalui dekomposisi, lebih mudah bagi benih rumput
yang telah tertiup oleh angin untuk bertahan dengan manancapkan akar ke
permukaan berbatu. Kehadiran rumput ini juga akan membuat ruang untuk semak dan
pohon kecil pada akhirnya.
Pada proses suksesi primer, tidak banyak organisme berperan.
Umumnya hanya organisme yang memiliki tingkat toleransi yang tinggi dan
luas saja yang mampu tumbuh dan berkembang pada area tersebut seperti lumut dan
lichenes. Organisme yang mampu tumbuh
pertama kali dan kemudian membentuk suatu ekosistem dinamakan organisme pionir atau spesies pionir.
Untuk dapat bertahan hidup, spesies pionir harus memiliki
batas toleransi yang luas terhadap variasi lingkungan. Spesies ini biasanya
toleran terhadap keadaan ekstrim, seperti suhu dan ketersediaan air. Beberapa
organisme yang mampu bertahan pada kondisi tersebut adalah Protozoa,
Cyanobacteria, ganggang, lumut dan lumut kerak (lichenes). Organisme ini mulai menjadi sumber daya baru di
lingkungan dan membuatnya cocok untuk pengenalan kemudian spesies yang lebih
kompleks, seperti tanaman berpembuluh. Sebagian organisme ini melaksanakan
proses kehidupan mereka, mereka menghasilkan limbah dan beberapanya lagi
mungkin mati. Hal ini menyebabkan pembentukan bahan organik yang akan menjadi
tanah dikemudian hari.
Perbedaan lumut dan lumut kerak
(lichenes):
a)
Lumut
Lumut ditemukan
terutama di area sedikit cahaya / ringan dan lembab seperti di daerah dataran
tinggi seperti pegunungan dan hutan lindung. Lumut umumnya di area
berpohon-pohon dan di tepi arus sungai juga terdapat. Lumut yang didapatkan
saat penelitian langsung termasuk sangat lengkap, terdapat lumut hati, lumut
daun, dan lumut tanduk yang sangat banyak. Perkembangan
lumut secara singkat berlangsung sebagai berikut : spora yang kecil dan
haploid, berkecambah menjadi suatu protalium yang pada lumut
dinamakan protonema. Protonema pada lumut ada yang menjadi besar, adapula
yang tetap kecil. Pada protoneme ini terdapat kuncup-kuncup yang tumbuh dan
berkembang menjadi tumbuhan lumutnya.
b) Lumut
kerak (Lichenes)
Lumut
kerak adalah makhluk hidup yang tahan terhadap kekeringan dalam waktu yang
lama. Pada saat kekeringan dan tersengat matahari secara terus-menerus, lumut
ini akan kering, tetapi tidak mati. Pada saat turun hujan, lumut kerak tumbuh
kembali. Ciri lain lumut kerak adalah pertumbuhan talusnya yang lambat. Dalam
satu tahun, pertumbuhan talusnya kurang dari 1 cm. Lumut kerak tersusun atas
lumut dan ganggang. Terdapat 3 jenis dari
lichenes yaitu,
crustose, foliose, dan fructucose dengan berbagai spesies yang didapati.
a.
Suksesi sekunder
Suksesi sekunder terjadi pada area
yang mulanya ada kehidupan tetapi
kemudian mengalami gangguan yang menyebabkan hilangnya komunitas yang
ada di area tersebut baik secara alami maupun buatan dan hanya meninggalkan
tanah yang tetap utuh. Gangguan tersebut tidak merusak total
tempat tumbuh organisme sehingga dalam komunitas tersebut substrat lama dan
kehidupan masih ada. Pada
umumnya area yang mengalami gangguan dapat kembali pulih seperti keadaan
semula.
Contoh hutan yang mengalami penebangan,yang akan bisa
pulih kembali jika tidak diganggu lagi. Gangguan alami seperti
banjir, gelombang laut, kebakaran, angin kencang. Gangguan buatan seperti
penebangan hutan dan pembakaran padang rumput dengan sengaja. Ketika padang rumput atau hutan
dibersihkan untuk kegiatan pertanian atau penebangan pohon, jika daerah
tersebut didiamkan atau ditinggalkan saja setelah digunakan, akan terjadi
suksesi kembali. Contoh komunitas yang menimbulkan
suksesi di Indonesia antara lain tegalan-tegalan, padang alang-alang, belukar
bekas ladang, dan kebun karet yang ditinggalkan tak terurus.
4.
Proses Suksesi
a. Suksesi
Primer
Proses suksesi primer diawali
tumbuhnya tumbuhan pionir, biasanya berupa lumut
kerak. Lumut kerak mampu melapukkan batuan menjadi tanah sederhana. Lumut kerak yang mati akan diuraikan oleh pengurai menjadi zat anorganik. Zat anorganik ini memperkaya nutrien pada tanah
sederhana sehingga terbentuk tanah yang lebih kompleks. Benih yang jatuh pada tempat tersebut akan tumbuh subur. Setelah itu. akan tumbuh rumput, semak, perdu, dan
pepohonan. Bersamaan dengan itu pula
hewan mulai memasuki komunitas yang baru terbentuk. Hal ini dapat
terjadi karena suksesi komunitas tumbuhan biasanya selalu diikuti dengan suksesi komunitas hewan. Akhirnya
terbentuklah komunitas klimaks atau ekosistem seimbang yang tahan terhadap
perubahan (bersifat homeostatis).
b. Suksesi Sekunder
Proses suksesi
sekunder dimulai lagi dari tahap awal, tetapi tidak lagi dimulai dari komunitas
pionir, karena dalam lingkungan yang mengalami suksesi sekunder ini yang
terjadi adalah perbaikan kembali ekosistem yang telah rusak dengan vegetasi
tanaman yang telah ada sebelumnya. Meskipun terdapat juga kemungkinan munculnya
jenis tumbuhan yang baru dalam lingkungan tersebut.
5.
Komunitas Klimaks
Komunitas Klimaks adalah
komunitas yang dihasilkan dari proses suksesi, bersifat stabil dan memiliki
tingkat keseimbangan lingkungan yang tinggi dan umumnya didominasi oleh
organisme yang memiliki umur panjang seperti pohon-pohon besar.
Berdasarkan tempat terbentuknya,
terdapat 3(tiga) jenis komunitas klimaks sebagai berikut :
a. Hidroser yaitu suksesi yang terbentuk di ekosistem air tawar.
b. Haloser yaitu suksesi yang terbentuk di ekosistem air payau.
c. Xeroser yaitu suksesi yang terbentuk di daerah gurun.
a. Hidroser yaitu suksesi yang terbentuk di ekosistem air tawar.
b. Haloser yaitu suksesi yang terbentuk di ekosistem air payau.
c. Xeroser yaitu suksesi yang terbentuk di daerah gurun.
Pembentukan
komunitas klimaks sangat dipengaruhi oleh musim dan biasanya komposisinya
bercirikan spesies yang dominan.
Berdasarkan pengaruh musim terhadap
bentuknya komunitas klimaks, terdapat 2 teori sebagai berikut :
a) Hipotesis monoklimaks, menyatakan
bahwa daerah musim tertentu hanya terdapat satu komunitas klimaks.
b) Hipotesis poliklimaks, menyatakan bahwa
komunitas klimaks dipengaruhi oleh berbagai faktor abiotik yang salah satunya
mungkin dominan.
6. Dampak Suksesi
Proses suksesi memberikan banyak dampak bagi lingkungan,
baik dampak positif dan juga dampak negatif.
Adapun dampak positif dari proses
suksesi yaitu:
·
Terjadinya
suksesi proses perubahan ekosistem dalam kurun waktu tertentu menuju ke arah
lingkungan yang lebih teratur dan stabil, komunitas menjadi lebih kompleks.
·
Bagi
tumbuhan pioner, tumbuhan ini akan menciptakan kondisi lingkungan tertentu yang
memberikan kemungkinan untuk hidup tumbuhan lainnya. Koloni tumbuhan pionir ini
akan menghasilkan proses pembentukan lapisan tanah memecah batuan dengan
akarnya dan membebaskan materi organik ketika terjadi pelapukan dari tumbuhan
yang mati.
Sedangkan dampak negatif dari proses suksesi yaitu:
·
Berbagai
tumbuhan liar akan hidup atau tumbuh dan mengubah semua karakteristika dari
vegetasi asalnya.
·
Penurunan
kadar zat hara dari tanah, misalnya akibat degradasi habitat.
·
Suatu
komunitas tumbuhan akibat adanya longsor, banjir, letusan gunung berapi atau
pengaruh kegiatan manusia akan mengalami gangguan atau kerusakan yang parah.
Mengakibatkan tanah gersang, kehilangan nutrisi organik,permukaan sangat
terbuka dan kondisinya belum menunjang kehidupan di atasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar